Tak jarang cinta kepada seseorang, berujung pada kenangan, kekecewaan, kegetiran hati. Cinta orang karena fulusnya, fisiknya, kantornya, kekuasaannya, ketenarannya bila diusahakan banyak kisahnya ia berakhir kegagalan. Pendekatan alias pedekate kepada seseorang, karena fisik, popularitasnyan kekayaannya, bisnisnya, banyak yang berkisah perjuangannya dengan pedekate sering membuatnya merendahkan harga dirinya, senyumnya kepalsuan, kebaikannya juga palsu, demi agar diperhatikan oleh sibos, kekasih dsb.
Betapa cinta dunia meletihkan, sungguh melelahkan, dan berapa banyak kepala yang pusing, berapa banyak yang rela merendahkan dirinya kepada sesama manusia, dihabiskan waktunya memakai topeng, sehingga segalanya menjadi tidak wajar dan tidak apa adanya.
Jiwa yang terpenjara, mari bebaskan. Hanya cinta kepada Allah yang tidak bertepuk sebelah tangan. Dan cinta butuh pengorbanan. Suara cinta Ilahi akan ditentang, dijauhi umatnya seperti kisah para Nabi, Suara cinta agar umat sadar hanya Allah SWT yang patut dibesarkan. Cinta kekasih akan dibawa, disebut-sebut, dijadikan tampilan depan, bila cinta diri maka akan bangga menampilkan dirinya, jabatannya, kenalan hebatnya, dan responnya hanya kepada orang-orang pilihannya.
Cintakan Allah, cintakan Islam dan umatnya, cintakan firman-Nya, hadistnya, cinta yang bukan menciptakan pendapat pribadinya, penampilannya sebagai Ustadz kondang, padahal tidak ada manusia kini terjamin Syurga.
Cintakan keluarga, banyak membanggakan keluarganya, prestasi anaknya, dan tidak membanggakan Islamnya, hafalan Qur'annya, dan kefasihan bacaannya dsb.
Cintakan jabatan, banyak yang manut kepada atasannya, meeting melanggar waktu shalat, dan akhirnya ia hidup sekedar hanya menghabiskan jumlah jatah rizkinya didunia.
Cintakan kepada Ustadz, ia cintakan Ustadznya, dipasang gambarnya, dipuja kebaikannya, ketika si Ustadz khliaf dan bersalah, maka tidak lagi mengaji, penuh hujatan, karena ternyata selama ini ia cintakan si Ustadz bukan cintakan Allah dan Islamnya dihati.
Cintakan kekasih, ia membaguskan dirinya, pedekate penuh dusta, kemewahan surga dunia dipublikasikan, dan tidak ada pembicaraan diri yang buruk, serba manis diawal, dan akhirnya banyak kisah cerai ditengah jalan.
Cinta Allah yang tidak bertepuk sebelah tangan, kita tahajud, berusaha mendekatkan diri, semua akan bersambut, sabar tanda cinta, yakin tanda mengenali yang dicintai-Nya. Mengenali-Nya butuh pengetahuan, titian jalan kehidupan umat Islam yang paling penting agar mengenali Allah sebaik-baik-Nya.
Rasulullah SAW yang paling mengenali Allah SWT dan Risalah-Nya, membawa umat mengutamakan mengenali dan membesarkan Allah SWT. Beliau tidak mengizinkan mempatungkan dirinya, dan menggamba