Menurut Ketua Forum Ulama Umat Indonesia (FUUI) ini, di satu sisi kita mengakui Republika adalah koran nasional yang masih menyuarakan aspirasi umat Islam, tapi di sisi lain kecenderungan suaranya untuk Syiah juga harus diingatkan.
“Sebab, saya khawatir umat mengamuk, dan jika itu terjadi, hal ini juga akan merugikan kita semua,” ujarnya saat dihubungi salam-online, Senin (18/11).
Kekhawatiran Kiai yang sudah lama secara intens membentengi umat dari bahaya Syiah ini bukan tanpa alasan. Ia mengatakan, sejak berita salah itu bergulir, ponselnya tak henti-hentinya berdering dari berbagai daerah, seperti Bekasi, Karawang, Tasikmalaya, dan sejumlah daerah lainnya, yang mempertanyakan berita di harian Republika itu.
“Ada keresahan umat atas berita yang salah di Republika itu, sekaligus keyakinan mereka akan kecenderungan Republika sebagai corong Syiah,” ungkapnya. “Keresahan sekaligus kemarahan umat ini kan harus diredam,” lanjutnya. Menurutnya, tak hanya umat di lapisan bawah yang resah dan marah, tapi para tokoh pun sangat menyesalkan.
Lantas, harus bagaimana? Keresahan dan kemarahan umat ini menurut Kiai Athian, penyelesaiannya tidak harus dengan “membunuh” (meninggalkan Republika, red), melainkan dengan cara mengingatkan agar kesalahan sangat fatal yang menguntungkan Syiah itu tak terulang lagi.
“Memang pihak yang membuat ralat itu menyatakan maafnya dan berjanji akan membenahi internal mereka (Republika), itu artinya mereka mengaku kecolongan. Dan Pernyataan maaf mereka itu sudah menampar mereka sndiri. Tamparan yang luar biasa,” katanya.
Namun, bagi Kiai Athian, pernyataan maaf dan ralat saja tidak cukup. Mestinya, Republika juga beritakan tentang penolakan warga dan ormas-ormas Islam di Jawa Barat, khususnya di Bandung, perihal perayaan Asyura Syiah yang direncanakan di Gedung Istana Kana, tapi gagal. Gagal, karena ditolak warga dan ormas Islam, sehingga lurah dan camat tak memberikan rekomendasi, dan Polres pun tak mengeluarkan izin.
“Tapi Republika tak beritakan proses gagalnya acara ini di tempat yang direncanakan kaum Syiah, sehingga harus pindah ke markasnya sendiri di Muthahhari,” ungkap ulama yang tinggal d Bandung ini.
Bila demikian halnya, tak bisa disalahkan jika pembaca (umat Islam) meyakini Republika jadi corong Syiah. “Karena itu, sebagai kompensasi atas kesalahan yang sangat fatal itu, mestinya penolakan warga, ormas Islam, dan gagalnya acara Syiah di tempat yang mereka rencanakan, harus diberitakan juga,” imbuh Kiai Athian.
“Tolong buktikan bahwa Republika bukan corong Syiah,” pungkas alumnus Universitas Al Azhar Kairo ini. (salam-online)
- See more at: http://salam-online.com/2013/11/kh-athian-ali-tolong-buktikan-republika-bukan-corong-syiah.html#sthash.eRMWZksQ.dpuf