Tidak
ada orang yang selalu benar. Maka nasihat atau masukan dari orang lain
pun selayaknya diterima dengan lapang dada. Namun, tak semua orang mudah
menerima nasihat dari orang lain.
Tak hanya satu dua kali kita mendapati
seseorang yang dekat dengan kita—entah keluarga atau sahabat—melakukan
sesuatu yang menurut norma itu dianggap salah. Secara naluriah, kita
selalu ingin untuk memperbaiki kesalahan tersebut dengan sebuah teguran
atau nasihat. Tapi, alih-alih menerima masukan, tak jarang mereka yang
melakukan kesalahan malah marah dan balik menyerang kita. Kenapa begitu?
TIDAK AMAN, TIDAK NYAMAN
Dra Lukna Harini Husni, Psi,
konsultan pada Biro Psikologi Dwipayana, Jakarta, menengarai faktor
ketidakamanan dan ketidaknyamananlah yang menjadi sebab utama seseorang
sulit menerima nasihat atau masukan dari orang lain. “Pada dasarnya
manusia membutuhkan rasa aman dan rasa nyaman. Sementara, masukan dari
orang lain dapat dikatakan ‘mengancam’ rasa aman itu,” jelas Lukna.
Kondisi ini bisa dimaklumi. Bagaimanapun
seseorang akan melakukan sebuah tindakan yang sudah dianggap benar
olehnya, berdasarkan pengetahuan dan pengalamannya selama ini. Tapi
ternyata apa yang dilakukan itu tak berkenan atau dianggap salah oleh
orang lain hingga orang tersebut spontan memberikan nasihat kepadanya.
Bahkan, kita pun bisa merasakan rasa nyamannya yang terusik, mungkin
harga dirinya yang terjatuhkan, dan dia langsung menunjukkan reaksinya.
“Bisa langsung bereaksi secara verbal atau dengan kata-kata untuk
membela diri, atau bisa juga melalui mimik wajah yang menunjukkan rasa
tidak senang,” ungkap lulusan Fakultas Psikologi Universitas
Padjadjaran, Bandung, ini memberi contoh.
Memang, sebagian orang bisa berlapang
dada terhadap masukan orang lain. Namun, sebagian lagi tak mudah
menerimanya. Hal ini tak terlepas dari pola asuh dan latar belakang
seseorang. “Pola asuh berperan untuk membiasakan seorang anak menerima
umpan balik atas apa yang dilakukannya. Cara orangtuanya memberikan
nasihat atau masukan kepada anak akan memengaruhi sikap anak dalam
menerima nasihat orang lain saat ia dewasa,” papar Lukna.
Kondisi-kondisi seperti inilah yang bisa
terjadi pada orang yang sulit menerima masukan dari orang lain. Hingga
seseorang yang ingin memberi masukan bisa mencari cara yang baik dalam
memberi nasihat.
NASIHAT YANG MENGENA
Dalam memberikan masukan atau umpan
balik, pemberi nasihat semestinya melakukan dengan cara dewasa yang
mengutamakan objektivitas, dengan memanfaatkan fakta dan data, serta
sikap menghargai. Langkah-langkah yang disarankan Lukna sebagai berikut:
- Menghargai dan memberikan pujian atas hal-hal positif yang telah dilakukan si penerima nasihat. Hindari sikap menghakimi atau mencela. Ini bisa dilakukan kalau kita sudah memahami alasan atau pemikirannya hingga ia melakukan suatu tindakan tertentu.
- Menunjukkan hal-hal yang masih perlu ditingkatkan. Sebaiknya lakukan dengan cara diskusi hingga tercapai pemahaman di antara kedua belah pihak.
- Lalu, berikan dukungan untuk hal-hal yang perlu diperbaikinya.
Perlu pula si pemberi nasihat meluruskan
niatnya. Nasihat yang diberikan hendaknya benar-benar didasarkan atas
ketulusan hati dan keinginan memperbaiki, bukan sekadar ingin
menjatuhkan seseorang. Orang yang diberi masukan tentu dapat merasakan
nuansa ini, hingga memengaruhi dirinya dalam menanggapi sebuah masukan.
Lukna pun menyarankan agar seorang
pemberi nasihat bisa melihat situasi dan kondisi seseorang, siap atau
tidak menerima nasihat. “Biasanya seseorang akan lebih mudah menerima
masukan bila ia sedang mengalami kesulitan dalam menyelesaikan suatu
permasalahan. Dalam kondisi ini ia membutuhkan bantuan atau masukan dari
orang lain."
Dia juga mengingatkan, walaupun orang
tengah membutuhkan nasihat kita, tetaplah memberi nasihat yang
membuatnya tetap mandiri. Jangan memberikan nasihat yang menyebabkan
seseorang menjadi tergantung pada kita. “Pemberian masukan dengan cara
diskusi, berbicara dengan data dan fakta, merupakan cara yang tepat,”
tegas Lukna.
Siap Menerima Masukan
Sebenarnya, nasihat atau masukan dari
orang lain amat berguna untuk menambah wawasan dan memperbaiki diri bagi
keberhasilan di masa depan. Lalu, bagaimana sebaiknya kita menanggapi
masukan dari orang lain?
- Jangan langsung bersikap negatif, seperti marah atau menyerang balik. Namun, jangan juga langsung bersikap pasrah dan kalah dalam menanggapi masukan dari orang lain karena sikap ini menunjukkan ketidakpercayaan diri. Dengarkan saja dan kemudian kita bisa menilai dengan hati tenang dan penuh kesadaran apakah masukan yang diberikan itu valid dan berguna buat kita.
- Kalau memang masukan itu benar, terimalah sebagai sebuah perbaikan. Namun, jangan merasa bersalah secara berlebihan.
- Bicara dengan si pemberi nasihat alasan kita melakukan sesuatu disertai data, sehingga pemberi nasihat paham dan memberi masukan yang tepat sesuai kebutuhan kita.