Hore!
Hari Baru, Teman-teman.
Dalam hidup, kadang-kadang kita mesti berbohong
juga. Entah untuk melindungi seseorang. Menyembunyikan sesuatu. Atau untuk
menutupi kebohongan-kebohongan lainnya yang sudah lebih dulu dilakukan. Di pengadilan,
hampir bisa dipastikan terjadi kebohongan. Di ruang konfrensi pers jubir lembaga
pemerintahan. Di kantor. Di rumah. Dimana-mana terjadi kebohongan. Pelakunya
juga macam-macam. Pejabat pemerintah. Anggota DPR. Pengusaha. Pedagang. Atasan.
Bawahan. Wartawan. Suami. Istri. Anak. Iiih…., semua kalangan sudah pada
berbohong. Sayangnya, tak seorang pun dari mereka yang benar-benar pandai
berbohong. Kebohongannya sangat mudah diketahui oleh publik. Maupun oleh
orang-orang yang berusaha mereka bohongi. Ilmu bohong mereka, cetek. Padahal,
ada loh ilmu berbohong yang cespleng. Anda ingin tahu?
Buya Hamka adalah ulama besar yang melahirkan
tafsir Al-Azhar, buku-buku Islam, dan karya-karya sastra lainnya. Selain sangat
bijaksana, beliau menguasai ilmu berbohong tingkat tinggi. Sayangnya saya tidak
sempat berguru kepada beliau, karena beda zaman. Tapi masih ada cara lain untuk
mengeruk ilmu berbohong Buya Hamka. Yaitu, belajar kepada puteranya sekaligus
murid andalannya. Maka saya pun meminta kepada Pak Irfan Hamka; tolong ajari
saya teknik berbohong Buya Hamka. Berkat beliau, saya jadi paham betul ilmu
berbohong Prof. Dr. Buya Hamka. Karena saya prihatin pada kemampuan berbohong
para pembohong yang ilmu bohongnya masih cetek itu, maka saya akan menjelaskannya
dalam artikel ini. Sesama pembohong, kan sudah selayaknya saling menolong.
Menurut Buya Hamka, untuk bisa berbohong dengan
canggih itu ada 3 syarat. Pertama, Anda harus memiliki mental
baja. Jika berbohong, Anda ragu-ragu nggak? Layar tivi kita juga suka
menayangkan pesakitan yang gemetaran ketika menjawab pertanyaan hakim. Lah,
cara bohong begitu mah nggak nendang. Pasti ketahuan. Harus punya mental baja
dong kalau mau jago dalam berbohong. Muka kita. Suara kita. Gerak tubuh kita
mesti mantap. Katakan kebohongan itu dengan lugas, tidak boleh ragu-ragu. Kalau
kita cermati, tampaknya ada juga politisi dan anggota DPR kita yang sudah punya
syarat pertama ini. Mental Anda sudah kuat seperti orang-orang itu? Kalau belum,
belajar dulu dari mereka. Jangan melakukan kebohongan itu sekarang. Pasti
ketahuan kok. Latihan mental dululah.
Kedua, Anda harus ingat atas kebohongan
sebelumnya. Mengingat kebohongan dimasa lalu itu sangat penting. Untuk menjaga
konsistensi perkataan yang kita ucapkan. Bayangkan kalau hari ini kita berbohong.
Terus besok kita lupa; sudah bohong apa ya kemarin? Lalu, lusa kita ditanya
lagi soal kebohongan yang sama; enggak lucu kan kalau jawaban kita berbeda?
Udah pasti ketahuan deh kalau kita bohong. Makanya, selalu ingat dong kebohongan
yang sudah diucapkan. Jangan seperti para pesakitan disidang KPK itu. Masa sih
kalau ditanya hakim jawabannya suka berubah-ubah. Itu menunjukkan bahwa mereka,
tidak ingat dengan kebohongan sebelumnya. Anda susah ingat? Jangan langsung bohong
dong. Pasti ketahuan kok. Perkuat dulu daya ingat Anda ya.
Ketiga, Anda mesti menyiapkan kebohongan
lainnya untuk menutupi kebohongan sebelumnya. Bener banget kan? Anda yang sudah
pernah berbohong paham betul soal ini. Sekali berbohong ya mesti tetap
berbohong. Kalau nggak, ya bohong kita ketahuan dong. Makanya, setelah berbohong sekali kita mesti
menyiapkan kebohongan kedua. Setelah berbohong kedua kali itu, kita mesti
menyiapkan kebohongan yang ketiga. Terus begitu saja. Karena para pembohong
paham benar bahwa setiap kebohongan melahirkan kebohongan-kebohongan lainnya.
Anda sanggup untuk memproduksi kebohongan terus-menerus? Kalau belum mampu,
sebaiknya jangan berbohong dulu deh. Pasti ketahuan kok. Bikin dulu daftar
kebohongan sebanyak-banyaknya.
Hanya tiga syarat itu yang diajarkan oleh Buya
Hamka. Dijamin, kebohongan Anda canggih betul. Jika Anda tidak punya ketiga
kemampuan itu, maka sebaiknya Anda tidak usah berbohong deh. Gampang ketahuan
bohong Anda. Begitu Buya Hamka mengajarkan. Tapi, Anda tahu kan kalau saya ini
punya otak encer. Saya menilai bahwa teknik bohong Buya Hamka itu kurang cocok
dizaman sekarang. Jaman dulu mungkin oke banget. Tapi zaman sekarang? Kurang
cespleng. Maka kepada Anda, saya berikan tambahan satu teknik lagi agar
kebohongan kita menjadi sempurna. Sulit dibongkar. Dan benar-benar tidak bisa
diotak-atik. Anda ingin tahu? Simak penjelasan ini.
Keempat – inilah ilmu pemungkasnya –; ajaklah
orang lain untuk bersekongkol dengan kebohongan Anda. Rugi kalau Anda berbohong sendirian. Gak bakal
ada yang dukung. Berjamaah sajalah. Sekarang kan bukan hanya sholat saja yang
dilakukan secara berjamaah itu. Kemungkaran pun sudah berjamaah kita lakukan. Semakin
banyak kroni dan kongsi serta koalisi yang bisa Anda bangun dalam kebohongan
itu, semakin kokoh juga kebohongan yang Anda ciptakan. Kalau satu tertangkap,
maka yang lainnya membela. Gimana aja deh caranya supaya kebohongan berjamaah
itu jangan sampai merembet seperti kartu domino. Jika Anda belum bisa membangun
jamaah yang solid untuk melakukan kebohongan, sebaiknya yaaaa berkoalisi
dululah dengan para pembohong. Jangan langsung maen bohong saja. Itu konyol
namanya.
Baiklah. Sekarang Anda sudah tahu teknik berbohong
yang cespleng. Latih dulu ke-empat teknik diatas sebelum Anda berbohong ya.
Jangan sampai Anda ditertawakan pemirsa tivi. Dicemooh tetangga. Dijitak
atasan. Atau didamprat istri hanya gara-gara ilmu dan teknik bohong Anda cetek.
Latihan dulu. Sampai Anda benar-benar menguasainya. Nah, sambil melatih penguasaan
ke-4 teknik berbohong yang cespleng itu, silakan Anda baca Al-Qur’an. Banyak
ilmu tentang kebohongan disana. Silakan disimak, dipelajari, dan diresapi.
Salah satu ilmu tentang bohong tingkat tinggi misalnya
ada dalam surah 36 (Yaa Siiin) ayat ke 65. Ayat ini cocok sekali untuk para
pembohong dan orang-orang yang sedang belajar teknik berbohong yang cespleng. Disitu
Anda akan menemukan firman Allah ini: “Pada hari ini kami tutup mulut mereka. Tangan
mereka akan berkata kepada Kami, dan kaki mereka akan memberi kesaksian;
terhadap apa yang dahulu mereka kerjakan.”
Saya dan Buya Hamka paham benar bagaimana cara
berbohong yang cespleng. Cocok benar dengan zaman kita yang sudah dipenuhi oleh
kebohongan ini. Dimana-mana orang pada berbohong. Dari pejabat Negara, hingga
rakyat jelata. Kita pun sering tergoda untuk ikut berbohong. Namun saya dan
Buya Hamka – seperti halnya juga Anda – diingatkan bahwa; tak seorang pun mampu
berbohong dihadapan Allah Yang Maha Mengetahui. Masih berani ya berbohong meski
setiap tindakan kita disaksikan Tuhan? Semoga Allah mengampuni kebohongan kita
dimasa lalu. Dan semoga Allah. Menguatkan diri kita untuk menghindari
kebohongan lainnya. Aamiin.
Salam hormat,
Mari Berbagi
Semangat!
DEKA – Dadang
Kadarusman