Close

Memimpin Generasi Yow-yow-yow.....

Hore!
Hari Baru, Teman-teman.
Berapa usia Anda sekarang? Tenang saja. Jawaban Anda tetap dirahasiakan kok. Empat puluh tahun? 45? Atau 50. Atau mungkin Anda masih dalam rentang usia 30an? Jika demikian, maka kemungkinan besar Anda akan masih menjadi atasan pada 5 atau 20 tahun yang akan datang. Pernah nggak terpikir bahwa dimasa itu, Anda akan memimpin karyawan-karyawan muda yang pola pikir dan perilakunya berbeda sama sekali dengan karyawan-karyawan Anda saat ini? Sekarang, kantor kita sudah dijejali dengan anak muda yang kita sebut sebagai gen Y. Mengurusi gen Y ini, ternyata tidak efektif hanya dengan menggunakan cara-cara memimpin orang-orang gen X kan? Itu sekarang. Bagaimana keadaannya 15 tahun dari sekarang? Tampaknya kita mesti bersiap-siap untuk tantangan kepemimpinan yang lebih seru lagi deh.
Ketika itu saya sedang duduk di ruang tunggu dokter. Disamping saya ada gadis remaja yang tengah sibuk memainkan gadgetnya. “Kamu sekolah dimana, Kak?” demikian petugas pendaftaran memulai perbincangan. Anak gadis itu menjawab singkat. Suaranya seperti orang yang sedang bicara sambil berkumur. Nggak jelas gitu deh.
“Kelas berapa?” tanya petugas itu lagi. Salut saya kepada kepeduliannya.
“Sepuluh,” jawab gadis itu. Karena persis berada disampingnya, saya bisa mendengar pembicaraan itu dengan jelas. Kelas sepuluh itu berarti kelas satu SMA kan ya?  Sekarang kan segalanya sudah berubah. Termasuk cara menyebut kelas sekolah.
Kemudian petugas itu bertanya; “Siapa Kepala sekolahnya disana?”
Saya agak kaget juga mendengar jawabannya. Dia bilang begini:”engggh.... siapaaa gitu ya....?” katanya. Kaget saya. Kok bisaaa gitu ya anak sekolahan sampai nggak tahu nama kepala sekolahnya.
Secara refleks, saya menatapnya. Mungkin wajah melongo saya ketangkap basah. Sehingga gadis itu balik menatap saya. Sambil tersenyum dia bilang;”Soalnya kemarin baru pemilihan kepala sekolah yang baru......” katanya. Jelas ngeleslah ya kan. Orang tua yang dimasa mudanya pernah bandel seperti kita pasti paham itu.
Saya benar-benar merasa geli sekali mendengarnya. Lalu saya nimbrung begini; “Kalau kepala sekolah yang sebelumnya namanya siapa, Kakak?”
Pertanyaan yang gampang kan? Pasti bisa jawablah. Iyya dong. Dia kan sudah sekolah disitu sekitar 3 atau 4 bulan. Minimal seminggu sekali berinteraksi dengan kepala sekolahnya pada saat upacara bendera setiap senin pagi. Lalu beginilah jawabannya; “Su.... Su... Su... siapa gitu. Pokoknya namanya mulai dari Su gitu deh.....”
Hahahaha. Sekarang saya tidak sanggup lagi menahan tawa. Kacau bener ini anak. Sampai saya aduk-aduk kepalanya hingga rambutnya jadi kusut. Saya geli karena tidak pernah menduga jawaban seperti itu dari anak kelas 1 SMA. Dan saya lebih geli lagi karena jawaban itu datang dari ....... anak saya sendiri!
Saat ini kita sedang menghadapi tantangan besar untuk mengatasi bagaimana sulitnya memimpin generasi Y. Dan sekarang saya sedang berhadapan dengan calon-calon anak buah kita 7 atau 10 tahun mendatang. Boleh dibilang mereka itu bukan generasi Y lagi. Melainkan triple Y. Alias YYY. Yeyeye.... atau Yayaya.... atau Yow-Yow-Yow, begitu deh.
Dimasa mendatang boleh jadi para karyawan sudah tidak terlampau peduli lagi siapa Presiden Direktur di perusahaan tempatnya bekerja. Mungkin mereka juga tidak terlampau ambil pusing lagi dengan siapa atasannya. Emang mereka pikirin kalau Anda yang jadi atasannya? Maaf Mas Brow, belum tentu. Sekarang, para atasan masih bisa memegang kendali terhadap anak buahnya. Dimasa depan, mungkin sudah tidak lagi.
Sekarang, para atasan masih bisa otoriter. Dimasa depan. Kalau Anda otoriter, maka Anda akan mendapatkan perlawanan yang cerdik dari anak buah Anda. Terbukti anak-anak remaja kita sekarang ini selalu punya argumen yang canggih untuk bisa berkelit dari pertanyaan-pertaanyan pelik dan situasi sulit. Maka  belajar untuk menjadi atasan yang tidak otoriter akan sangat membantu kita mempersiapkan pola kepemimpinan yang lebih mengena buat generasi masa depan.
Sekarang, Anda masih bisa bersikap keras kepada anak buah Anda. Meskipun sikap keras itu zaman sekarang pun sudah dianggap buruk. Tapi masih lumayan efektiflah bagi anak buah yang membandel. Namun untuk genereasi Yow-Yow-Yow itu, sebaiknya Anda tidak terlampau berharap cara itu akan efektif. Maaf Mas Brow, kalau cara Anda memimpin masih seperti itu; maka mereka akan dengan senang hati keluar dari perusahaan Anda. Dan dengan mudahnya menclok di perusahaan lainnya.
Jelas sekali jika kita mesti mempersiapkan diri untuk menghadapi masa-masa seperti itu. Karena jika kita masih kukuh saja dengan gaya kita sendiri. Dengan cara kita sendiri. Dengan ego kita sendiri. Maka kemungkinan besar kita tidak dipedulikan sama sekali oleh anak buah kita yang Yow-Yow-Yow itu. Meskipun Anda boss diperusahaan itu, ada atau tidak adanya Anda disana; nggak ngaruh buat mereka.
Dokter menyarankan gadis remaja itu untuk istirahat selama 3 hari. Surat keterangan sakit pun sudah dibuatnya. Setelah semuanya selesai, kami pun pulang. Ditempat tidur, gadis remaja itu terbaring lemah. Namun, tangannya tidak pernah lepas dari gadgetnya. Generasi Yow-yow-yow memang dikenal sebagai the freaky restless generation. Orang-orang yang tidak kenal istirahat. Dizaman kita sekarang, kalau ada orang yang kerja sampai larut malam biasanya disebut workaholic. Dan karena jumlahnya sedikit, orang-orang ini masih dianggap aneh. Generasi Yow-yow-yow sudah lagi tidak dibatasi waktu. Pagi-siang-sore-malam. Buat mereka sama saja. Waktu untuk melakukan apa saja yang mereka mau.
Malam hari. Saya sedang asyik menonton tivi. Tiba-tiba pintu kamar gadis remaja itu terbuka. “Ayah, pinjam laptopnya dong...” katanya.
“Lho, memangnya laptop kamu kenapa?” demikian saya membalas.
“Nggak tahu nih, nggak bisa nyambung internet...” jawabnya.
“Lah, ngapain kamu malam-malam gini kok pake main internet segala? Tidur sana.”
“Ini ada PR,” sergahnya. “Mesti dikumpulin besok.” Tambahnya. “Diimel ketemen, nanti temenku yang prininin....”
Perhatikan bagaimana generasi Yow-yow-yow sedemikian pedulinya dengan tugas-tugas mereka. Ini kabar baik. Karena dizaman kita sekarang sangat sulit menemukan orang-orang yang berkomitmen tinggi pada tugas dan tanggungjawabnya. Khususnya orang-orang yang berada pada masa transisi dari generasi X ke generasi Y. Kita sudah melihat indikasi jika mereka agak kurang perhatian pada tanggungjawabnya. Lebih banyak protesnya daripada kerjanya. Lebih banyak nyantainya daripada sibuk produktifnya. Bukan cuman generasi peralihan itu saja sih yang begitu. Generasi X yang sudah mentok pun pada umumnya begitu.
Generasi Yow-yow-yow di rumah Anda kemungkinannya tidak begitu. Mereka kemungkinan sama seperti generasi Yow-yow-yow dirumah saya. Mereka begitu bergairah untuk menyelesaikan projek-projeknya. Mereka sedemikian antusias untuk menuntaskan tugas-tugasnya. Karena generasi Yow-yow-yow ini adalah pribadi-pribadi yang didorong oleh keinginan untuk eksis dilingkungannya. Soalnya, kalau tidak eksis; mereka akan tersisih dari kelompoknya. Dimasa depan, mungkin kita akan kembali menemukan sumber daya manusia yang benar-benar tangguh lagi.
Indikasi apa yang Anda tangkap dari pernyataan ini;” “Dikirim ketemen, nanti temenku yang prininin....”? Buat saya, itu menunjukkan kuatnya networking mereka. Bukankah sekarang kita sering dihadapkan pada situasi dimana teamwork unit kerja yang kita pimpin ini sedemikian lembeknya? Generasi Yow-yow-yow saling terkoneksi satu sama lain. Sehingga lokasi sudah tidak lagi menjadi hambatan berarti. Dulu, kalau kita sakit; artinya terhenti sama sekali dari aktivitas sekolah. Generasi Yow-yow-yow,  tidak terlampau terpengaruh lagi.
Dizaman kita, mesti menunggu beberapa waktu untuk mengetahui apa yang terjadi ditempat lain. Generasi Yow-yow-yow dirumah saya itu, nyaris tahu apa yang sedang terjadi  dikelasnya secara real time. Ini jelas merupakan kabar baiknya bagi kepemimpinan kita dimasa depan. Soal koordinasi dan interkoneksi yang saat ini menjadi tantangan serius kepemimpinan kita, tampaknya akan menjadi hal yang justru menarik kelak ketika kita memimpin generasi Yow-yow-yow itu.
Buat orang yang sudah tua-tua, mungkin tinggal menunggu pensiun saja. Sepuluh tahun lagi kita hanya akan menjadi penonton bagaikan para begawan yang melihat dari puncak gunung yang sepi. Kita melihat, bagaimana didataran rendah itu orang-orang muda berkarya.
Tapi buat orang-orang yang masih muda baya sekarang, masa depan itu merupakan sebuah keniscayaan. Anda, yang akan tampil memimpin nanti. Memimpin dalam tatanan sosial yang berbeda dari apa yang Anda saksikan pada anak buah Anda yang sekarang. Maka tidak ada pilihan lain bagi Anda, selain terus mengasah keterampilan kepemimpinan Anda. Jika tidak, maka kelak Anda hanya akan menjadi old-fashioned superior.
Dan dengan gaya kuno itu, Anda tidak akan terlampau dipedulikan oleh anak buah Anda. Ada tidaknya Anda, tidak terlampau berpengaruh buat mereka. Karena dunia mereka dikuasai oleh independensi yang tinggi. Jiwa mereka terikat kepada kebebasan nyaris tanpa batas. Dan gairah mereka, tercurah kepada segala sesuatu yang mengasyikan. Anda bersedia mempersiapkan diri untuk menyongsong era keemasan generasi Yow-yow-yow itu? Mesti dong. Jika tidak, mungkin nama Anda saja sudah tidak lagi dikenali oleh anak buah Anda. Entahlah. Hanya Allah yang mengetahui segalanya. 

Salam hormat,
Mari Berbagi Semangat!
DEKA – Dadang Kadarusman