soloportal.blogspot.com~~~
Ini adalah sebuah kisah nyata. Tidak seperti kisah nyata pada umumnya yang merupakan kisah masa lalu, ini adalah kisah masa depan, dan pasti akan terjadi. Hal ini telah diceritakan melalui lisan Nabi Muhammad SAW dalam sabdanya. Kisah selengkapnya adalah sebagai berikut:
Suatu hari nanti Dajjal akan keluar. Lalu ada seseorang dari golongan kaum mukminin yang ditemui oleh beberapa orang penyelidik atau pengintai dari Dajjal. Para penyelidik itu bertanya kepada orang beriman tersebut,
“Ke mana engkau akan pergi?”
“Saya sengaja akan pergi ke tempat orang keluar”, jawab orang beriman tersebut. Yang dia maksud orang keluar tidak lain adalah Dajjal yang baru muncul.
“Adakah engkau tidak beriman dengan Tuhan kita, yakni Dajjal?”, tanya penyelidik utusan Dajjal.
“Tuhan kita tidak samar-samar lagi sifat-sifat keagungannya. Sedangkan Dajjal itu tampaknya saja menunjukkan kedustaannya”, jawab si mukmin.
Tak ayal, penyelidik Dajjal itu memerintahkan, “Bunuhlah ia”.
Namun sebagian orang di situ berkata kepada yang lainnya, “Bukankah engkau semua telah dilarang oleh Tuhanmu kalau membunuh seorang tanpa memperoleh persetujuannya, yakni Dajjal?”
Akhirnya mereka pergi membawa orang beriman tersebut ke Dajjal. Setelah orang beriman tersebut melihat Dajjal, dia lalu berkata, “Hai sekalian manusia, sesungguhnya inilah Dajjal yang disebut-sebut oleh Rasulullah SAW”.
Lalu Dajjal memerintah pengikut-pengikutnya menangkap orang beriman tersebut lalu dilentangkan pada perutnya. Dajjal berkata, “Ambillah ia lalu lukailah kepala dan mukanya”.
Orang beriman itu diberi pukulan bertubi-tubi pada punggung serta perutnya. Lalu Dajjal bertanya, “Adakah engkau tidak suka beriman kepadaku?”
Sang mukmin itu menjawab, “Engkau adalah Al-Masih maha pendusta”.
Lalu orang beriman itu diperintahkan menghadap kemudian digergaji dari pertengahan tubuhnya, yaitu antara kedua kakinya, hingga terbelah dua. Dajjal lalu berjalan antara dua potongan tubuh itu kemudian berkata,
“Berdirilah!”
Walaupun sudah dalam keadaan terbelah, orang beriman itu lalu berdiri. Kemudian Dajjal bertanya lagi kepadanya, “Adakah engkau tidak suka beriman kepadaku?”
Orang beriman itu menjawab, “Saya tidak bertambah melainkan kewaspadaan dalam menilai siapa sebenarnya engkau itu”.
Lalu dia melanjutkan, “Hai sekalian manusia, janganlah ia sampai dapat berbuat sedemikian tadi kepada seorang pun dari para manusia setelah saya sendiri mengalaminya”.
Lalu orang itu diambil lagi oleh Dajjal untuk disembelih. Kemudian Allah SWT membuat tabir tembaga yang terletak antara leher sampai ke tengkuknya sehingga tidak ada jalan bagi Dajjal untuk bisa membunuhnya. Lalu Dajjal mengambil kedua tangan serta kedua kaki orang beriman itu kemudian melemparkannya.
“Orang-orang mengira bahwa sesungguhnya orang beriman itu dilemparkan oleh Dajjal ke neraka, tapi sebenarnya orang beriman itu dimasukkan ke dalam surga”, sabda Rasulullah SAW ketika menceritakan kisah masa depan ini.
Setelah menyampaikan kisah masa depan ini, kemudian Rasulullah SAW bersabda,
“Orang itulah sebesar-besar para manusia dalam hal kesyahidannya – yakni kematian syahidnya – di sisi Allah yang menguasai semesta alam ini.”
—
Sumber: Imam Muslim dan Imam Bukhari.
Ini adalah sebuah kisah nyata. Tidak seperti kisah nyata pada umumnya yang merupakan kisah masa lalu, ini adalah kisah masa depan, dan pasti akan terjadi. Hal ini telah diceritakan melalui lisan Nabi Muhammad SAW dalam sabdanya. Kisah selengkapnya adalah sebagai berikut:
Suatu hari nanti Dajjal akan keluar. Lalu ada seseorang dari golongan kaum mukminin yang ditemui oleh beberapa orang penyelidik atau pengintai dari Dajjal. Para penyelidik itu bertanya kepada orang beriman tersebut,
“Ke mana engkau akan pergi?”
“Saya sengaja akan pergi ke tempat orang keluar”, jawab orang beriman tersebut. Yang dia maksud orang keluar tidak lain adalah Dajjal yang baru muncul.
“Adakah engkau tidak beriman dengan Tuhan kita, yakni Dajjal?”, tanya penyelidik utusan Dajjal.
“Tuhan kita tidak samar-samar lagi sifat-sifat keagungannya. Sedangkan Dajjal itu tampaknya saja menunjukkan kedustaannya”, jawab si mukmin.
Tak ayal, penyelidik Dajjal itu memerintahkan, “Bunuhlah ia”.
Namun sebagian orang di situ berkata kepada yang lainnya, “Bukankah engkau semua telah dilarang oleh Tuhanmu kalau membunuh seorang tanpa memperoleh persetujuannya, yakni Dajjal?”
Akhirnya mereka pergi membawa orang beriman tersebut ke Dajjal. Setelah orang beriman tersebut melihat Dajjal, dia lalu berkata, “Hai sekalian manusia, sesungguhnya inilah Dajjal yang disebut-sebut oleh Rasulullah SAW”.
Lalu Dajjal memerintah pengikut-pengikutnya menangkap orang beriman tersebut lalu dilentangkan pada perutnya. Dajjal berkata, “Ambillah ia lalu lukailah kepala dan mukanya”.
Orang beriman itu diberi pukulan bertubi-tubi pada punggung serta perutnya. Lalu Dajjal bertanya, “Adakah engkau tidak suka beriman kepadaku?”
Sang mukmin itu menjawab, “Engkau adalah Al-Masih maha pendusta”.
Lalu orang beriman itu diperintahkan menghadap kemudian digergaji dari pertengahan tubuhnya, yaitu antara kedua kakinya, hingga terbelah dua. Dajjal lalu berjalan antara dua potongan tubuh itu kemudian berkata,
“Berdirilah!”
Walaupun sudah dalam keadaan terbelah, orang beriman itu lalu berdiri. Kemudian Dajjal bertanya lagi kepadanya, “Adakah engkau tidak suka beriman kepadaku?”
Orang beriman itu menjawab, “Saya tidak bertambah melainkan kewaspadaan dalam menilai siapa sebenarnya engkau itu”.
Lalu dia melanjutkan, “Hai sekalian manusia, janganlah ia sampai dapat berbuat sedemikian tadi kepada seorang pun dari para manusia setelah saya sendiri mengalaminya”.
Lalu orang itu diambil lagi oleh Dajjal untuk disembelih. Kemudian Allah SWT membuat tabir tembaga yang terletak antara leher sampai ke tengkuknya sehingga tidak ada jalan bagi Dajjal untuk bisa membunuhnya. Lalu Dajjal mengambil kedua tangan serta kedua kaki orang beriman itu kemudian melemparkannya.
“Orang-orang mengira bahwa sesungguhnya orang beriman itu dilemparkan oleh Dajjal ke neraka, tapi sebenarnya orang beriman itu dimasukkan ke dalam surga”, sabda Rasulullah SAW ketika menceritakan kisah masa depan ini.
Setelah menyampaikan kisah masa depan ini, kemudian Rasulullah SAW bersabda,
“Orang itulah sebesar-besar para manusia dalam hal kesyahidannya – yakni kematian syahidnya – di sisi Allah yang menguasai semesta alam ini.”
—
Sumber: Imam Muslim dan Imam Bukhari.