soloportal.blogspot.com~~~
KISAH PERJALANAN MERAIH HIDAYAH SEORANG SAKTI EKS. SHEILA ON 7
soloportal.blogspot.com~~~
Hidayah sejatinya bukan ditunggu, tapi dijemput. Namun, adakalanya juga ada orang-orang yang secara tidak sengaja menemukan hidayah Allah melalui suatu momen-momen tertentu. Salah satunya yang ingin saya utarakan disini adalah tentang perjalanan Sakti mantan personil Sheila on 7 yang sekarang menjadi ustadz. Begini ceritanya...Perubahan yang drastis ini tak lepas dari sebuah pengalaman hidup yang secara beruntun dialaminya pada tahun 2003. Saat itu, Sakti dan Eros, rekan grupnya, mewakili grup band Sheila on Seven hendak berangkat ke Malaysia untuk menerima penghargaan atas albumnya yang dinilai terbaik. "Saat menunggu keberangkatan pesawat di Bandara Soekarno-Hatta, saya melihat sebuah buku berjudul "Menjemput Sakaratul Maut bersama Rosulullah" yang dijajakan di sana, dan saya tertarik membelinya," ujar Sakti.
Kebiasaan membaca buku membawasuami Miftahul Jannah ini semakin larut dengan bacaan barunya itu. Apalagi menurut Sakti, isi buku itu sangat menyentuh perasaanya. "Setelah membaca buku itu saya jadi takut mati. Apalagi waktu itu pesawat sering jatuh. Jangan-jangan pesawat yang saya tumpangi ini jatuh, dan saya mati." ungkap Sakti yang menghabiskan sebagian halaman buku itu di dalam pesawat.
Ketakutannya semakin bertambah ketika pulang dari Malaysia. Dia mendapati ibunya terserang penyakit paru-paru dan harus dirawat di rumah sakit. "Saat menunggui ibu, bibi saya datang menjenguk sambilmembawakan majalah berjudul "Mati Suri". Saat saya baca, rasa takut mati itu semakin bertambah," Kenang Sakti.
"Saking takutnya, seharian saya tidak bisa tidur," ujarnya.
Peristiwa ini diakui Sakti sebagai titik awal dalam kehidupannya. Maka ketika ada teman yang mengajaknyamengikuti pengajian, pria yang banyak mengenyam pendidikan di sekolah kristen ini tidak menyia-nyiakan. Diikutinya pengajian itu hingga tuntas. "Habis mengikuti pengajian, hati saya kok rasanya semakin tenang. Ibarat seekor ikan yang dikembalikan lagi ke dalam air," Jelas Sakti.
Bagaimana dengan aktifitasnya di musik? Sakti megakui, sejak tersentuh oleh Islam pada tahun 2003, dirinya sudah tertarik lagi dengan musik. Bahkan karena sibuk mencari ilmu agama, latihan dengan grupnya semakin berkurang. Imbasnya, ketika tampil di panggung, Sakti sering salah-salah. "Sampai saya dinasihati teman-teman untuk bekerja dengan benar," Kenang Sakti.
Keinginan untuk keluar pun semakin kuat. Namun niat itu tertahan oleh nasihat ustadznya yang menghendaki Sakti tetap di Sheila on Seven untuk mendakwahi teman-temannya agar dekat dengan agama. Sakti pun tetap bertahan di grup yang membesarkannya itu. "Di Sheila, tak ada lagi keinginan saya untuk go international, dengan target penjualan album berjuta-juta kopi. Niat saya itu hanya ingin mendakwahi teman-teman di Sheila agar tahu agama, semampu saya," ungkap anak keduadari tiga bersaudara ini.
Sakti tak bosan mengajak teman-teman yang sluruhnya Muslim itu untuk sholat, meskipun diakuinya sebagai hal yang sulit. Ia perbaiki permainan gitarnya untuk mengambil hati teman grupnya. Namun kehidupan teman-temannya tetap tak bisa diubah juga. Sakti pun menyadari bahwa hidayah mutlak wewenang Allah. "Tapi, alhamdulillah mereka tetap menerima keadaan saya," ujarnya.
Dakwah internal sheila ini dijalaninya hingga tahun 2006. Di tahun yang sama Sakti mengakhiri karirnya di dunia musik. Ia memilih keluar karena merasa semakin tidak klop dengan grupnya. apalagi, album kelima yang dirilis 2006 itu banyak bertema cinta yang sudah tidak cocok dengan hatinya. "Karena hubungan kerja sudah tidak bagus lagi, maka saya memilih mundur untuk menjaga hubungan pertemanan, " Jelas Sakti.
Meski demikian silaturahim dengan personelgrup Sheila masih tetap berjalan dengan baik. Bahkan menurut Sakti, mereka masih sering saling mengunjungi. Hingga kini, pria yang menikah pada tahun 2007 ini masih tetap berfikir keras bagaimana caranya mengajak mereka untuk memahami Islam. "minimal satu orang saja." Ungkapnya bersemangat.
Sejak hijrah dari musik, Sakti memilih mendirikan minimarket dan laundry di kediamannya di Pandega Marta, Yogyakarta. Ia juga mendirikan industri kecil yang memproduksi sandal terompah. Contohnya ia datangkan langsung dari Malaysia.
Dengan kegiatan ini membuatnya leluasa membagi waktu untuk bisnis dan dakwah. Saktitidak ingin lagi menekuni profesi sebagai anak band yang hanya menjadikan orang lupa kepada Allah. Mantan mahasiswa STIE YKPN ini meyakini orang yang meninggal itu sesuai dengan amal istiqomahnya. "Pembalap biasanya meninggal di lapangan balap, Begitupun dengan profesi lainnya. saya tidak mau dimatikan Allah dalam kondii jingkrak-jingkrak di panggung," ujar lulusan SMA De Britto, Yogyakarta ini.
Firman Allah Subhanahu Wa Ta'ala:
بِسْمِ ٱللَّهِ ٱلرَّحْمَٰنِ ٱلرَّحِيمِ
يَٰٓأَيُّهَا ٱلَّذِينَ ءَامَنُوا۟ ٱدْخُلُوا۟ فِى ٱلسِّلْمِ كَآفَّةً وَلَا تَتَّبِعُوا۟ خُطُوَٰتِ ٱلشَّيْطَٰنِ ۚ إِنَّهُۥ لَكُمْ عَدُوٌّ مُّبِينٌ
Artinya: "Hai orang-orang yang beriman, masuklah kamu ke dalam Islam keseluruhan, dan janganlah kamu turut langkah-langkah syaitan. Sesungguhnya syaitan itu musuh yang nyata bagimu".(QS. Al-Baqarah : 208).
Majalah Hidayatullah
Hidayah sejatinya bukan ditunggu, tapi dijemput. Namun, adakalanya juga ada orang-orang yang secara tidak sengaja menemukan hidayah Allah melalui suatu momen-momen tertentu. Salah satunya yang ingin saya utarakan disini adalah tentang perjalanan Sakti mantan personil Sheila on 7 yang sekarang menjadi ustadz. Begini ceritanya...Perubahan yang drastis ini tak lepas dari sebuah pengalaman hidup yang secara beruntun dialaminya pada tahun 2003. Saat itu, Sakti dan Eros, rekan grupnya, mewakili grup band Sheila on Seven hendak berangkat ke Malaysia untuk menerima penghargaan atas albumnya yang dinilai terbaik. "Saat menunggu keberangkatan pesawat di Bandara Soekarno-Hatta, saya melihat sebuah buku berjudul "Menjemput Sakaratul Maut bersama Rosulullah" yang dijajakan di sana, dan saya tertarik membelinya," ujar Sakti.
Kebiasaan membaca buku membawasuami Miftahul Jannah ini semakin larut dengan bacaan barunya itu. Apalagi menurut Sakti, isi buku itu sangat menyentuh perasaanya. "Setelah membaca buku itu saya jadi takut mati. Apalagi waktu itu pesawat sering jatuh. Jangan-jangan pesawat yang saya tumpangi ini jatuh, dan saya mati." ungkap Sakti yang menghabiskan sebagian halaman buku itu di dalam pesawat.
Ketakutannya semakin bertambah ketika pulang dari Malaysia. Dia mendapati ibunya terserang penyakit paru-paru dan harus dirawat di rumah sakit. "Saat menunggui ibu, bibi saya datang menjenguk sambilmembawakan majalah berjudul "Mati Suri". Saat saya baca, rasa takut mati itu semakin bertambah," Kenang Sakti.
"Saking takutnya, seharian saya tidak bisa tidur," ujarnya.
Peristiwa ini diakui Sakti sebagai titik awal dalam kehidupannya. Maka ketika ada teman yang mengajaknyamengikuti pengajian, pria yang banyak mengenyam pendidikan di sekolah kristen ini tidak menyia-nyiakan. Diikutinya pengajian itu hingga tuntas. "Habis mengikuti pengajian, hati saya kok rasanya semakin tenang. Ibarat seekor ikan yang dikembalikan lagi ke dalam air," Jelas Sakti.
Bagaimana dengan aktifitasnya di musik? Sakti megakui, sejak tersentuh oleh Islam pada tahun 2003, dirinya sudah tertarik lagi dengan musik. Bahkan karena sibuk mencari ilmu agama, latihan dengan grupnya semakin berkurang. Imbasnya, ketika tampil di panggung, Sakti sering salah-salah. "Sampai saya dinasihati teman-teman untuk bekerja dengan benar," Kenang Sakti.
Keinginan untuk keluar pun semakin kuat. Namun niat itu tertahan oleh nasihat ustadznya yang menghendaki Sakti tetap di Sheila on Seven untuk mendakwahi teman-temannya agar dekat dengan agama. Sakti pun tetap bertahan di grup yang membesarkannya itu. "Di Sheila, tak ada lagi keinginan saya untuk go international, dengan target penjualan album berjuta-juta kopi. Niat saya itu hanya ingin mendakwahi teman-teman di Sheila agar tahu agama, semampu saya," ungkap anak keduadari tiga bersaudara ini.
Sakti tak bosan mengajak teman-teman yang sluruhnya Muslim itu untuk sholat, meskipun diakuinya sebagai hal yang sulit. Ia perbaiki permainan gitarnya untuk mengambil hati teman grupnya. Namun kehidupan teman-temannya tetap tak bisa diubah juga. Sakti pun menyadari bahwa hidayah mutlak wewenang Allah. "Tapi, alhamdulillah mereka tetap menerima keadaan saya," ujarnya.
Dakwah internal sheila ini dijalaninya hingga tahun 2006. Di tahun yang sama Sakti mengakhiri karirnya di dunia musik. Ia memilih keluar karena merasa semakin tidak klop dengan grupnya. apalagi, album kelima yang dirilis 2006 itu banyak bertema cinta yang sudah tidak cocok dengan hatinya. "Karena hubungan kerja sudah tidak bagus lagi, maka saya memilih mundur untuk menjaga hubungan pertemanan, " Jelas Sakti.
Meski demikian silaturahim dengan personelgrup Sheila masih tetap berjalan dengan baik. Bahkan menurut Sakti, mereka masih sering saling mengunjungi. Hingga kini, pria yang menikah pada tahun 2007 ini masih tetap berfikir keras bagaimana caranya mengajak mereka untuk memahami Islam. "minimal satu orang saja." Ungkapnya bersemangat.
Sejak hijrah dari musik, Sakti memilih mendirikan minimarket dan laundry di kediamannya di Pandega Marta, Yogyakarta. Ia juga mendirikan industri kecil yang memproduksi sandal terompah. Contohnya ia datangkan langsung dari Malaysia.
Dengan kegiatan ini membuatnya leluasa membagi waktu untuk bisnis dan dakwah. Saktitidak ingin lagi menekuni profesi sebagai anak band yang hanya menjadikan orang lupa kepada Allah. Mantan mahasiswa STIE YKPN ini meyakini orang yang meninggal itu sesuai dengan amal istiqomahnya. "Pembalap biasanya meninggal di lapangan balap, Begitupun dengan profesi lainnya. saya tidak mau dimatikan Allah dalam kondii jingkrak-jingkrak di panggung," ujar lulusan SMA De Britto, Yogyakarta ini.
Firman Allah Subhanahu Wa Ta'ala:
بِسْمِ ٱللَّهِ ٱلرَّحْمَٰنِ ٱلرَّحِيمِ
يَٰٓأَيُّهَا ٱلَّذِينَ ءَامَنُوا۟ ٱدْخُلُوا۟ فِى ٱلسِّلْمِ كَآفَّةً وَلَا تَتَّبِعُوا۟ خُطُوَٰتِ ٱلشَّيْطَٰنِ ۚ إِنَّهُۥ لَكُمْ عَدُوٌّ مُّبِينٌ
Artinya: "Hai orang-orang yang beriman, masuklah kamu ke dalam Islam keseluruhan, dan janganlah kamu turut langkah-langkah syaitan. Sesungguhnya syaitan itu musuh yang nyata bagimu".(QS. Al-Baqarah : 208).
Majalah Hidayatullah